TAMAN-TAMAN DI KOTA KAMI
Taufiq Tan

Taman-taman di kota kami tidak seperti taman-taman di kota tuan. Taman-taman kami berpagar tinggi, terbuat dari besi besi yang runcing, dan tidak bisa ditembus oleh sesiapa bahkan binatang melata sekalipun. Taman-taman kami tuan, tertata rapi, dipangkas secara teratur setiap bulan oleh petugas-petugas yang cekatan, bahkan jika diperlukan bisa dua kali dalam sebulan. Barangkali di kota tuan, di taman-tamannya anak-anak bermain riang, orang tua duduk bercengkrama sambil menikmati sepotong senja, anak-anak muda jogging dan berlari-lari mengitari taman, mereka menikmati musik sambil melahap jagung bakar.
Taman taman di kota kami tidak seperti taman-taman di kota tuan. dia dibuat bukan untuk dinikmati, apalagi untuk menjadi arena bersosialisasi bagi anak-anak dan keluarga di sore hari. Taman-taman di kota kami tercipta sebagai hasil perselingkuhan antara pengusaha yang membutuhkan proyek dengan pejabat yang tak mau repot dengan hal-hal tetek bengek.
Sederhananya tuan, taman-taman di kota kami didisain dengan mempertimbangkan "faktor keamanan" tingkat tinggi, bukan faktor kenyamanan, karena memang taman-taman itu bukan dibuat untuk kami. taman itu dibuat untuk dipandang-pandang saja, menjadi pajangan kota yang harus selalu terlihat mewah. dia dibuat bukan untuk sebuah maslahat, tapi untuk menuntaskan kewajiban dari dinas yang ketiban beban anggaran.
Jika suatu waktu tuan berkendara melintasi kota kami, tak perlu tuan kaget karena tak mendapatkan keramahan spasial untuk beristirahat, karena itulah adanya kota kami tuan, semua yang dibuat dirancang  atas pola pikir tugas dan kewajiban,  bukan manfaat dan kegunaan. Azaz manfaat, utility, adalah pertimbangan yang kesekian.
Karena itu tuan, anak-anak muda kami berkeliaran di sepanjang jalan, mereka tak memiliki taman. mereka tak memiliki ruang (public sphere) tempat mereka berkumpul. dan ketika malam sudah mulai pekat, mereka menyebar ke sudut-sudut kota, ke tepi hutan dan peladangan. dalam keremangan mereka berdua-duaan. entah apa yang mereka lakukan di sana.  jika suatu ketika pancaran lampu mobil tuan menangkap sosok mereka berdua-duaan di atas roda dua, sempatkanlah tuan untuk berhenti, mengingatkan mereka dan menyuruh mereka pulang, karena hanya merekalah yang kami punya.
itu saja tuan. Oh ya, kalau jadi tuan melintas di kota kami, tuan boleh berhenti dipinggir jalan dekat deretan pohon jati. tempatnya tidak begitu luas, dan tidak juga bisa disebut taman. tapi cukup bagi tuan untuk beristirahan, melururkan punggung, buang air kecil dan sholat jika waktunya tiba. jika tuan merasa lapar, disudut pohon kelima ada warung kecil untuk tuan memesan nasi goreng, mie rebus dan secangkir kopi. (sjcity, 13.4.2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paradigma, Postulat, Konsep, asumsi dan Hipotesis

Crime of Currency